Latest News

Ketut Sundari Meninggal Dunia, Sugawa Korry: Golkar Bali Kehilangan Panutan


Berita Golkar – Mantan Ketua DPRD Bali periode 1997-1999, Brigjen TNI (Purn) H. Ketut Sundria meninggal dunia, Senin (21/9/2020).

Mantan Bupati Tabanan periode 1989-1994 ini menghembuskan napas terakhirnya di RSPAD Gatot Subroto Jakarta sekitar pukul 15.16 WIB kemarin.

Ketua DPD I Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry mengaku keluarga besar Golkar Bali sangat kehilangan Sundria.

Menurutnya, sosok Sundria merupakan sosok yang dianggap sukses dalam memimpin Golkar Bali di masa transisi Orde Baru ke Reformasi.

“Beliau ditetapkan sebagai Ketua Golkar Bali setelah dipandang sukses sebagai Bupati Kabupaten Tabanan selama dua periode,” ujarnya, Selasa (22/9/2020).

Menurut Sugawa Korry masa kepemimpinan Sundria di Golkar saat itu sangat benar-benar akomodatif, demokratis, dan penuh rasa kekeluargaan.

“Pada masa kepemimpinan beliau di Golkar sangat akomodatif, demokratis, akrab dan kekeluargaan serta merakyat,” ujarnya.

Mantan Ketua KNPI Bali di masa Orde Baru ini mengungkapkan Golkar pada masa kepemimpinan Sundria benar-benar berada di titik nadir.

Saat itu, Golkar benar-benar dihujani hujatan dan tekanan dari masyarakat yang ingin membubarkan Golkar karena dianggap warisan dari pemerintahan otoritarian Orde Baru.

“Pada masa kepemimpinan beliau, tekanan terhadap Partai Golkar pada saat itu, sangat berat, di tengah-tengah suasana reformasi,” paparnya.

Bahkan, Sundria yang juga saat itu menjabat sebagai Ketua DPRD Bali itu, gedung dewan Renon setiap hari dihujani demo oleh para mahasiswa.

Sugawa Korry juga mengenang saat itu para demonstran yang merupakan mahasiswa di Bali pun menuntut agar jejaring politik lokal yang saat itu berkuasa untuk mengundurkan diri.

Salah satunya memalui aksi puluhan ribu massa di gedung DPRD Bali yang berakhirnya dengan adanya pernyataan mundur Ketut Sundria.

“Setiap hari, di DPRD harus menerima demo besar-besaran, menaikkan dan menurunkan bendera di halaman kantor DPRD sesuai permintaan demonstran,” kenangnya.

Wakil Ketua DPRD Bali ini juga mengenang sosok Sundria yang menurutnya tetap tenang dalam menghadapi puluhan ribu demonstran.

“Satu hal yang saya kagumi, dalam suasana seperti setiap hari itu, saya dampingi beliau dengan beberapa teman fraksi. Beliau tidak pernah tunjukkan wajah dan perasaan takut dan khawatir, selalu hadir di kantor, sehingga saya dan beberapa teman juga tidak pernah merasa takut,” katanya yang saat itu juga sudah duduk di DPRD Bali.

“Sampai pada puncak demo, kita harus menerima tokoh-tokoh demonstran Bali di ruangan Ketua DPRD Bali, astungkara saya masih sempat dampingi beliau, dan masa yang masuk ke ruangan sudah tidak terkendali,” imbuhnya.

Bahkan, ia juga menyebutkan bahwa sosok Sundria merupakan sosok kader Golkar yang sangat militan.

Ia mengaku bahwa saat itu Sundria bersama dirinya empat menginisiasi beberapa kader Golkar lainnya untuk membuat demo tandingan dengan nama Forum Pembela Reformasi Konstitusional (FPRK) dengan Korlap IGN Anom Masta (saat ini Wakil Ketua DPRD Gianyar) dan dua ribu orang massa.

Demo itu sendiri dilakukan sebagai bagian dari show force para kader Golkar yang ‘dihujani’ berbagai kecaman dan tudingan dari masyarakat.

“Dan di DPRD yang terima demo saya sendiri. Demo berjalan damai, walaupun besoknya mendapat kritik sebagai demo tandingan. Bagi kami, kader pada saat itu, hanya ingin tunjukkan bahwa Golkar masih ada. Dan tekanan terhadap orde baru dan Golkar terasa semakin berat,” ucapnya.

Hal ini yang membuat pihaknya bersyukur dan berbangga atas kepemimpinan Sundria sebagai salah satu dedengkot Golkar Bali.

“Terlepas dari kelebihan dan kekurangan beliau, sebagai kader Golkar, kami bersyukur dan berbangga atas kepemimpinan beliau. Saat ini, beliau telah dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa, semoga amal bhakti, serta pengabdian beliau diterima oleh-Nya, dan keluarga tabah hadapi cobaan ini. Dumogi amor ring acintya,” tutupnya.

Bali.tribunnews

Scroll to top